Laman

Rabu, 08 Mei 2013


BERBAGAI METODE DAN SUMBER PEMBELAJARAN
KOOPERATIF YANG LAIN



A.  LEARNING TOGETHER
Pembelajaran kooperatif ditujukan untuk mengembangkan strategi  pembelajaran dan rasa kerjasama dalam kelompok.  Salah satu metode-metode pembelajaran kooperatif adalah metode yang dikembangkan oleh David dan Roger. Metode David dan Roger menekankan pada empat unsur, antara lain :
1.   Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok dengan anggota empat sampai lima orang.
2.   Interdenpedensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.
3.  Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya.
4.   Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerjasama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Metode-metode Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi mereka juga menekankan perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian Tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya.
Bentuk penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok, mereka meningkatkan pencapaian siswa lebih dari metode-metode individualistic dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan, seperti pada masalah hubungan ras dan penerimaan teman sekelas yang memiliki masalah cacat akademik.
Johnson dan rekan-rekannya mengembangkan metode untuk melibatkan siswa dalam ”kontroversi kooperatif”. Para siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat orang diberikan materi pelajaran mengenai sebuah isu yang konversial, seperti apakah perburuan srigala harus diizinkan dibagian utama Minnesota. Dua anggota kelompok mengerjakan satu sisi dari isu tersebut, sedangkan dua lainnya mengerjakan sisi lainnya. Kemudian mereka bertukar peran dan memperdebatkan sisi yang berlawanan. Akhirnya, seluruh kelas mencapai kesepakatan. Para siswa harus mengikuti tujuh aturan saat bekerja (smith, Johnson, dan Johnson, 1981) :
1.    Saya kritis terhadap gagasan, bukan orang.
2.    Saya ingat bahwa kami semua melakukan hal ini bersama.
3.    Saya mendorong semua orang untuk ikut berpartisipasi.
4.    Saya mendengarkan gagasan yang dilontarkan setiap orang, sekalipun saya tidak setuju dengan mereka.
5.    Saya mengulang kembali apa yang dikatakan seseorang apabila memang tidak jelas.
6.    Saya mencoba memahami kedua belah sisi dari isu tersebut.
7.    Pertama-tama saya akan mengeluarkan semua gagasan, baru saya kumpulkan menjadi satu.

B.  DISKUSI KELOMPOK DAN PROYEK KELOMPOK
Apabila guru sedang menggunakan sebuah metode pembelajaran kooperatif, berarti guru telah membagi para siswa kedalam tim-tim kecil. Pembelajaran yang dapat dilakukan tim kecil dapat menggunakan pendekatan diskusi kelompok dan proyek kelompok.

1.      Diskusi Kelompok
Pekerjaan pokok dalam mempersiapkan kelompok diskusi adalah memastikan bahwa tiap anggota kelompok berpartisipasi. Apabila ingin agar kelompok  membuat laporan tertulis,   maka sangat penting juga bagi tiap anggotanya untuk mempunyai bagian tugas yang dibagi dengan baik, supaya semua pekerjaan (dan pembelajaran) tidak ditanggung oleh satu orang anggota saja. 
Penting untuk memilih seorang pemimpin dari kelompok diskusi, yang dipilih berdasarkan kemampuan organisasional dan kepemimpinannya, dan bukan hanya berdasarkan pada kinerja akademiknya saja. Pemimpin ini harus memastikan bahwa tiap orang berpartisispasi dan bahwa kelompok tetap mengerjakan tugas.
Salah satu cara yang bagus untuk membuat setiap anggota tim berpartisispasi adalah dengan membuat supaya setiap orang menuliskan sebuah opini atau gagasan sebelum mulai diskusi. Kunci dari prosedur ini adalah bahawa apabila semua siswa menyatakan sebuah pendapat, mereka akan mempunyai komitmen terhadap diskusi kelompok dan jauh lebih besar kemauannya untuk berpartisispasi di dalamnya.
Cara lain untuk memastikan terjadinya partisipasi adalah dengan menerapkan cara siswa ahli untuk topik-topik tertentu seperti dalam Group Investigation, Co-op Co-op, dan Jigsaw, dengan meminta mereka untuk melakukan penelitian pada wilayah keahlian mereka masing-masing.
Sebagai tambahan untuk partisipasi yang lebih besar, tugas pokok lainnya dalam mempersiapkan sebuah kelompok diskusi adalah focus. Kegiatan diskusi yang baik adalah sebuah diskusi dengan tujuan. Pekerjaan kelompok harus diekspresikan dengan jelas.
Apabilaguru menginginkan kelompok menulis laporan, pastikan bahwa tiap siswa berpartisispasi. Salah satu caranya adalah dengan membagi laporan tersebut kedalam bagian-bagian yang ditulis oleh siswa yang berbeda, seperti dalam Group Investigation atau Co-op Co-op.  Kelompok  akan membantu tiap anggotanya dengan memberi saran-saran untuk perencanaan, membuat konsep, merevisi, dan menyunting bagian mereka.

2.      Proyek Kelompok
Prinsip dasar proyek kelompok yang baik adalah menjadikan tiap siswa berpartisipasi, dan jangan membiarkan siswa satu atau dua orang siswa dalam kelompok yang memikul semua tanggung jawab. Seorang pemimpin dalam proyek kelompok sama pentingnya seperti dalam diskusi kelompok. Pemimpin tersebut harus membuat tiap anggota kelompok berpartisipasi, bukan hanya bertanggung jawab secara personal atas hasil pencapaian kelompok.
Cara terbaik untuk membuat tiap anggota kelompok berpartisipasi dalam sebuah proyek kelompok yaitu dengan cara, guru dapat memberikan tiap anggota kelompok bagian tugas tertentu, bila tugas tersebut memang bisa dibagi, atau bisa juga dengan memberikan tiap anggota kelompok bagian laporan yang harus ditulis atau dipresentasikan kehadapan kelas. Apabila tiap anggota kelompok tidak merasa bertanggung jawab terhadap hasil karya kelompoknya, maka mereka cenderung tidak bisa berpartisipasi secara penuh

C.  METODE-METODE INFORMAL
1.      Diskusi Kelompok Spontan
Pada saat para siswa sedang duduk dalam kelompok, lebih mudah untuk meminta mereka dalam waktu yang berbeda selama penyampaian pelajaran atau presentasi, untuk mendiskusikan apa maksud dari sesuatu, mengapa sesuatu itu bisa bekerja, atau bagaimana cara terbaik dalam menyelesaikan sebuah masalah, dan waktu yang diperlukan siswa untuk melakukan tugas tersebut bisa bervariasi dari mulai hanya beberapa menit samapai satu sesi pelajaran penuh.
2.      Menomori Orang Bersama
Tiap siswa dalam sebuah kelompok mempunyai nomor dan para siswa tersebut tahu bahwa hanya ada satu siswa yang akan dipanggil untuk mewakili kelompoknya. Menomori orang bersama pada dasarnya adalah sebuah varian dari Group Discussion, pembelokannya yaitu pada hanya ada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi tidak sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa. Metode Russ Frank  ini adalah cara yang sangat baik untuk menambahkan tanggung jawab individual kepada diskusi kelompok.

3.    Hasil Karya TIM
Mintalah supaya tim-tim siswa membuat sebuah pusat pembelajaran, esai tertulis, menggambar sebuah mural, mengerjakan sebuah lembar kegiatan, melakukan presentasi di depan kelas, merancang sebuah bentuk pemerintahan yang baik, membuat daftar solusi  terhadap masalah sosial, atau menganalisis puisi. Untuk memelihara tanggung jawab individual, bagilah peran-peran khusus tiap anggota tim atau wilayah tanggung jawab individualnya.

4.    Mengulang Pelajaran Secara Kooperatif
Satu hari sebelum ujian, siswa membuat pertanyaan-pertanyaan untuk mengulang pelajaran. Secara bergantian mereka mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain. Kelompok yang bisa menjawab pertanyaan mendapat poin untuk pertanyaan tersebut. Kelompok yang dipanggil pertama kali mendapatkan poin untuk jawaban yang benar. Lalu kelompok kedua mendapatkan poin apabila bisa menambahkan informasi penting kepada jawaban tersebut. Variasi terhadap mengulangi pelajaran secara kooperatif, guru bisa membuat pertanyaan tambahan.

5.    Berpikir- Berpasangan – Berbagi
Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.



D.  MANAJEMEN KELAS KOOPERATIF
Teori : Penghargaan Positif Berdasarkan Kelompok
Pendekatan yang paling efektif terhadap manajemen kelas bagi pembelajaran kooperatif adalah untuk menciptakan sebuah system penghargaan positif yang didasarkan pada kelompok. Guru memberikan perhatian terhadap perilaku kelompok yang diinginkannya di dalam kelas. Kelompok lainnya akan menjadikan kelompok yang menerima perhatian positif dari guru tersebut sebagai model.
Tidak menjadi masalah apakah perhatian yang diberikan bersifat negative atau positif. Maksudnya, apabila guru memarahi siswa dengan keras apabila mereka bangun dari kursinya tanpa permisi, maka siswa lainnya akan membuat diri mereka menjadi seperti siswa yang menerima perhatian tersebut. Namun apabila guru tidak mempedulikan tim-tim yang tidak mengerjakan tugasb, dan memberikan rekognisi special pada mereka, maka tim lainnya akan segera mengerjakan tugas. Guru juga perlu mengatakan dengan tepat pada anggota kelas, mengapa tim model tersebut menerima rekognisi special dan juga mencatat contohnya dengan cara tertentu.
Unsur penting lainnya dalam sebuah system manajemen pembelajaran kooperatif yang baik adalah harapan yang jelas. Guru perlu mendefenisikan dengan jelas dan sebelum kegiatan dimulai, sikap-sikap yang perlu diterapkan untuk memfungsikan kelas dengan baik, dan sikap-sikap seperti apa yang akan dihargai. Sikap yang perlu dilakukan termasuk segera memberi perhatian penuh jika guru bertanya. Sikap yang dihargai termasuk memberi bantuan ekstra kepada teman, kooperasi dengan teman satu tim, dan perhatian terhadap kebutuhan, opini, dan keinginan siswa lainnya.

Teknik-Teknik Manajemen
1.    Sinyal kebisingan – nol.
Sinyal kebisingan – nol adalah sebuah sinyal yang diberikan kepada para siswa untuk berhenti bicara, untuk membuat mereka memberi perhatian penuh kepada guru, dan untuk membuat tangan dan tubuh mereka diam. Salah satu metode efektif bagi guru adalah dengan mengangkat satu tangan. Sinyal ini cukup nyaman digunakan karena guru tidak perlu berbicara ditengah tingkat kebisingan kelompok, dan karena guru juga tidak perlu berjalan menuju tempat bel atau sakelar lampu. Keuntungan tambahan dari sinyal mengangkat tangan ini  adalah bahwa guru dapat memberikan indikasi bahwa ketika siswa melihat guru mengangkat tangannya mereka juga harus mengangkat tangan mereka.
Kefektifan dari sinyal kebisingan – nol akan tergantung pada kefektifan penghargaan positif kepada kelompok.penghargaan tersebut harus diberitahukan dengan jelas dan bersifat umum, dan diikuti perilaku yang diharapkan.  Apabila anda menggunakan sinyal tangan, berikan rekognisi spesial kepada tim partama atau kepada tim-tim yang ada yang telah membuat semua anggotanya diam dan memberikan perhatian penuh setelah anda mengangkat tangan. Kefektifan sinyal kebisingan – nol, seperti semua unsure-unsur dalam sebuah kelas kooperatif, sangat tergantung pada cara rekognisi spesial tersebut diberikan.

2.    Pujian Kelompok
Pujian kelompok membentuk norma-norma untuk kelas, para siswa belajar perilaku mana yang bernilai dan akan meneriksa rekognisi spesial karena telah melakukannya. Seolah-olah seperti semua yang mereka butuhkan adalah sebuah pesan yang jelas mengenai bagaimana harus bersikap dengan baik dalam tatanan kelas yang baru. Mempertahankan kelompok yang berperilaku paling baik sebagai model adalah cara yang paling jelas untuk menyampaikan pesan tersebut dan untuk menunjukkan kepada siswa apa yang bernilai.

3.    Buletin Rekognisi Spesial
Sebuah cara  efektif untuk memberikan rekognisi spesial di dalam kelas adalah dengan menggunakan sebuah diagram atau poster untuk mencatat poin–poin rekognisi special. Sebuah komentar positif saat ini memang dihargai, apabila dicatat maka akan memiliki kekuatan tambahan untuk memotivasi para siswa untuk berperilaku seperti yang diharapkan. Poin-poin rekognisi yang dicatat dapat diubah menjadi sebuah penghargaan tim, yang dapat diwujudkan ke dalam penghargaan kelas, atau sekedar tetap seperti pada adanya sebagai sebuah bentuk rekognisi spesial.

4.    Upacara Rekognisi Spesial
Guru boleh mengadakan upacara rekognisi spesial dimana tim dan individu yang paling baik dan direkognisi oleh guru dan para siswa. Dalam upacara ini, para siswa dan tim-tim yang telah mengumpulkan poin-poin rekognisi paling banyak menuliskan atau mencatumkan nama mereka pada diagram rekognisi spesial, dan menerima tepuk tangan dari seluruh kelas.

5.    Waktu Bersenang-Senang Kelas atau Tim
Poin-poin rekognisi spesial bisa juga ditambahkan untuk penghargaan tim atau kelas. Guru bisa mengumumkan bahwa apabila ada tim yang mengumpulkan poin dalam jumlah tertentu, itu akan dapat mereka tukarkan dengan kegiatan-kegiatan menyenangkan atau waktu istirahat ekstra. Atau Poin-poin rekognisi dijumlahkan dan seluruh kelas menerima penghargaan ketika jumlah totalnya mencapai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Penting untuk memberikan ukuran yang nyata mengenai bagaimana kelas membuat progress terhadap penghargaan kelas.

E.  PEMBANGUNAN TIM
Banyak guru yang menganjurkan pembelajaran kooperatif melatih para siswa dalam hal bagaimana bekerja dalam kelompok, dan ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk membangun semangat tim yang mungkin ingin anda gunakan untuk memulai menggunakan metode-metode pembelajaran kooperatif.
Kegiatan-kegiatan pembangunan tim
1.    Mempelajari Nama
Tiap kelompok diberikan waktu satu set untuk mempelajari nama-nama teman satu tim mereka. Mereka kemudian melakukan tes dan persentase rata-rata nama yang benar pada tiap kelompok diumumkan.
Variasinya, memasukkan informasi yang lebih banyak, seperti hobi favorit atau pengalaman yang paling luar biasa. Mengikuti seratus persen penguasaan oleh kelompok, buatlah tim berpasangan dan ulangi latihan tersebut.tujuannya agar tiap tim saling mengenal nama tim lain.
2.    Wawancara
Wawancara memperkenalkan para anggota tim satu sama lainnya. Ini memberikan kepada siswa beberapa dasar untuk berhubungan dengan orang lain yang memiliki pengalaman dan ketertarikan yang sama, memberikan mereka kesempatan untuk merasa diterima di dalam kelompok, dan juga membantu mengatasi hambatan awal yang sering dilami para siswa ketika pertama kali akan berpartisipasi.
Wawancara ini terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Guru membuat para siswa berkumpul dalam satu tim
b.    Teman satu tim menghitung dari -1, 2, 3, 4, atau lebih satu nomor untuk satu anggota tim
c.    Guru menginformasikan kepada siswa bahwa adalah tugas yang perama untuk mewawancara nomor 2, nomor 3 mewawancara nomor 4, dan seterusnya, selama lima menit. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang akan untuk memperkenalkan tiap orang kepada teman satu timnya. Topik wawancara bisa saja seperti hobi, pengalaman luar biasa, film favorit, tujuan hidup. Bisa juga disediakan tip-tip wawancara, seperti bagaimana mengikuti arah pembicaraan orang lain dari pada terus menyarankan topik wawancar sesuai ketertarikan sendiri.
d.   Perkenalan dilakukan di dalam kelompok . tiap pewawancara punya waktu satu menit untuk memperkenalkan kepada kelompok orang yang telah diwawancarainya.
e.    Langkah ke 3 dan ke 4 diulangi dengan perantian peran: nomor 2 mewawancarfai dan mewakili nomor 1, nomor 4 mewawancarai dan mewakili nomor 3, dan seterusnya.
f.      Selama diskusi tim berusaha untuk menemukan esensi positif dari tiap teman satu tim supaya mereka dapat menggambarkannya dalam sebuah kata sifat atau frase yang singkat, seperti, “berani,” “suka berpetualang”’ atau “cewek biasa.” Para siswa diatur untuk mencari kata-kata tersebut dalam respns wawancara yang akan membantu mereka menangkap esensi positif dari orang tersebut.
g.    Anggota tim memperkenalkan teman satu timnya kepada kelas secara bergiliran sambil menyebutkan kata sifat atau frase yang paling tepat menggambarkan esensi positif dari anggota tim dan memberikan satu atau dua kalimat penjelasan.

3.    Nama Tim, Spanduk, Logo, dan atau Moral
Ketika tim pertama kali tim dibentuk mereka diminta untuk menamai tim mereka. Proses ini dapat digunakan sebagai latihan pembangunan tim. Tiga aturan sederhana untuk proses kelompok  yang satu ini adalah sebagai berikut: tiap anggota tim harus punya pendapat, tak ada keputusan yang akan dapat dibuat kecuali jika setiap orang setuju, tak ada anggota kelompok yang akan setuju dengan keputusan kelompok jika mereka merasa sangat keberatan.
Aturan ini mengatur warna proses-proses kelompok yang akan datang, yang harus melibatkan partisipasi, kesepakatan, dan saling menghormati hak individu.
Berhubungan dengan pemberian nama, mungkin kita ingin menciptakan mural tim, spanduk, atau logo, dengan menetapkan aturan yang sama. tiap anggota harus berkontribusi, dan kelompok tersebut tidak boleh melanjutkan ke tahap berikutnya tanpa kesepakatan. Guru bisa saja memfasilitasi proses ini dengan memberikan kepada tiap anggota pulpen penanda dengan warna yang berbeda dan mendorong terciptanya hasil karya yang terpadu dengan semua warna yang mewakili. Tugas dapat diatur supaya tim lainnya dapat menilai seberapa baik keterpaduan semua warna dari sisi makna dan karya seni keseluruhan.

4.    Penggodokan Ide Kelompok
Setiap tugas yang memiliki kemungkinan solusi yang banyak bisa dirancang untuk penggodokan ide kelompok. Instruksinya cukup dengan membuat semua anggota kelompok mengumpulkan isi pikiran mereka bersama dan bisa mengeluarkan sebanyak mungkin solusi yang benar dan menarik yang mereka bisa. Salah satu kegiatan yang mengasyikkan adalah dengan menciptakan sebanyak mungkin syair dua kata.
Setelah masing-masing kelompok menghabiskan waktu untuk penggodokan ide, mereka bisa mendapatkan poin-poin untuk jumlah solusi yang benar, mereka boleh menilai kreativitas dari masing-masing solusi terbaik kelompok, atau mereka boleh saja aekedar berbagai hasil karya mereka yang kreatif.

F.   IMPROVISASI MODIFIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Setelah kita mendapatkan pengalaman pembelajaran kooperatif, kita bisa mengadaptasi teknik-teknik untuk situasi dan kebutuhan sendiri. Adapun prinsisp-prinsip untuk melakukan adaptasi ini adalah sebagai berikut:
1.    Pastikan kita menawarkan semacam penghargaan atau rekognisi untuk tim yang berhasil dengan baik.
2.    Buatlah agar tiap siswa bertanggung jawab atas kinerjanya masing-masing.
3.    Tentukanlah sistem skor yang memberikan kesempatan kepada siswa dengan semua tingkat kinerja untuk berkontribusi secara secara berarti kepada skor tim atau karya tim.
G. MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Menggunakan pembelajaran kooperatif mungkin ada beberapa masalah yang dialami. Adapun solusi dari masalah-masalah ini adalah:
1.    Tidak bisa berteman
Masalah ini sering muncul pada minggu pertama atau kedua pembelajaran kooperatif. Karena siswa berasal dari berbagai perbedaan, baik dari segi  jenis kelamin, etnik, dan kinerja akademik.
Solusi utama dari masalah ini adalah waktu. Beberapa siswa akan merasa tidak suka pada teman satu tim mereka saat pertama kali ditentukan, tetapi apabila mereka sudah mendapatkan skor tim mereka yang pertama dan menyadari bahwa mereka benar-benar sebuah tim dan perlu bekerja sama untuk bisa berhasil, mereka akan menemukan cara untuk bisa bersahabat.
Salah satu cara efektif  untuk membuat siswa bekerjasama dengan lebih baik adalah dengan memberikan penghargaan ekstra kepada tim yang menjadi pemenang. Kadangkala siswa tidak akan peduli bagaimana dan apa yang dilakukan oleh tim mereka atau teman satu timnya sampai mereka tahu bahwa tim yang menang akan mendapatkan penyegaran, waktu bebas, dibebaskan dari tes dan sebagainya. Guru juga bisa sesekali membuat siswa bekerja berpsangan dalam tim mereka, saling berganti pasangan, untuk menekankan kembali pentingnya usaha tim.

2.    Perilaku yang salah
Salah satu cara untuk mendorong siswa supaya berprilaku sesuai adalah dengan memberikan kepada setiap tim maksimal tiga poin tambahan tiap harinya yang didasarkan pada perilaku tim, kekoopertifannya,dan usahanya.guru bisa juga berjalan mengelilingi tim satu ke tim lain dan mengatakan bahwa apa yang telah mereka lakukan memang benar.

3.    Kebisingan
Kebisingan merupakan masalah yang cenderung terjadi pada sekolah-sekolah tertentu, tergantung pada kekedapan suara bangunan sekolah, pengajaran, konstruksi bangunan yang tradisional atau sebaliknya terbuka, dan sikap sekolah terhadap kebisingan.
Adapun solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat semua kegiatan berhenti, buatlah benar-benar menjadi tenang, lalu bisikkan peringatan kepada siswa untuk berbicara pelan-pelan saja. Jika ini tidak berhasil, guru bisa membuat kriteria tingkat kebisingan tertentu untuk mendapat ekstra poin tim.

4.    Siswa tidak hadir
Ketidakhadiran siswa bisa menjadi masalah dalam kelas pembelajaran kooperatif, karena para siiswa saling tergantung antara satu sama lain untuk belajar bersama dan untuk mencari kontribusi poin kepada timnya. Solusinya adalah apabila seorang siswa tidak bisa mengikuti sebuah turnaman atau kuis, maka skor tim dibagi dengan jumlah siswa yang hadir, untuk mneghindari akibat yang harus ditanggung tim tersebut karena ada anggotanya yang tidak hadir.

5.    Penggunaan waktu latihan tim yang tidak efektif.
Apabila para siswa tidak bisa menggunakan waktu latihan tim mereka secara efektif, kita bisa memasukkan struktur tertentu dalam sesi-sesi latihan tim untuk memastikan bahwa mereka menggunakan waktunya dengan efektif

6.    Tingkat kinerja yang terlalu jauh rentangnya.
Mengatasi maslah ini, pertama pikirkan apa yang akan dilakukan sebelum mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Apabila biasanya menggunakan pengajaran untuk seluruh kelompok, maka kita bisa melakukan hal yang sama dengan pembelajaran kooperatif, tetapi kita perlu meluangkan waktu untuk bekerja bersama siswa dengan kinerja rendah untuk membantu mereka mencapai tingkat seluruh siswa dalam kelas.


 


DAFTAR PUSTAKA

Slavin Robert E. 2008. Teori,Riset,dan Praktek Cooperative Learning. Nusa Media: Bandung.
Sharan, Shlomo. 2009. Handbook of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk memicu Keberhasilan Siswa di Kelas . Yogyakarta : Imperium































Tidak ada komentar:

Posting Komentar