PEMBELAJARAN
YANG MENGOPTIMALKAN POTENSI SISWA/MAHASISWA
A. Pengertian
Pendidikan, Pengajaran dan Potensi
Dalam sebuah proses pembelajaran terdiri atas berbagai
unsur, mulai dari guru, siswa, materi pelajaran, strategi dan metode pengajaran
serta media pembelajaran. Proses belajar yang
dialami siswa merupakan bagian dari pendidikan dan pengajaran. Pendidikan pada
hakikat untuk perkembangan individu. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan.
Pendidikan
nasional juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3). Dari uraian
tersebut maka pendidikan dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengembangkan
potensi peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang dicita-citakan, yang
dilakukan secara sadar dan terencana. Karena dalam proses pembelajaran sebagai
proses pendidikan itu terjadi aktivitas mengajar (oleh guru) dan aktivitas
belajar (oleh siswa), maka mengajar dapat dimaknai sebagi upaya pengembangan
potensi siswa.
Ada beberapa definisi mengajar yang
dikemukan para ahli pendidikan, salah satunya menurut pendapat Fox seorang ahli
pendidikan Inggris. Fox (dalamhttp://www.gurusukses.com/)
mengelompokkan definisi mengajar dalam empat kategori, yaitu:
1. Transfer. Dalam model ini, mengajar dilihat
sebagai proses pemindahan pengetahuan (process of transferring knowledge) dari
seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa (anak) dipandang sebagai
wadah yang kosong (empty vessel), dan jika pengetahuan tidak berhasil
ditransferkan masalahnya cenderung dilihat sebagai kesalahan siswa.
2. Shaping. Pengajaran merupakan proses
pembentukan siswa pada bentuk-bentuk yang ditentukan. Di sini siswa diajar
keterampilan-keterampilan dan cara-cara bertingkah laku yang dianggap
bermanfaat bagi mereka. Minat dan motif siswa hanya dianggap penting sepanjang
membantu proses pembentukan tersebut.
3. Travelling. Dalam model ini pengajaran dilihat
sebagai pembimbingan siswa melalui mata pelajaran. Mata pelajaran dipandang
sebagai sesuatu yang menantang dan kadang-kadang sulit untuk dieksplorasi.
4. Growing. Model ini memfokuskan pengajaran
pada pengembangan kecerdasan, fisik, dan emosi siswa. Tugas guru adalah
menyediakan situasi dan pengalaman untuk membantu siswa dalam perkembangan
mereka. Ini merupakan model yang berpusat pada siswa (a child-centred model), di mana mata pelajaran penting, tidak
sebagai tujuan, tetapi sepanjang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berada dalam
minat siswa.
Dalam proses pembelajaran, guru
harus memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi dirinya, bukan sekadar
menyampaikan materi pelajaran. Karena pendidikan berbentuk proses pembelajaran,
yang intinya guru mengajar dan siswa belajar, maka berdasarkan konteks ini,
mengajar seyogyanya dimaknai sebagai penumbuhkembangan potensi siswa.
Menurut
kamus bahasa Indonesia,
potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang. Setiap
orang memiliki potensi, dan tentu berbeda setiap apa yang dimiliki antara satu
orang dengan orang lain. Potensi siswa yang dimaksud disini adalah kapasitas atau kemampuan dan
karakteristik / sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang
memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain.
Potensi itu
meliputi potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat, potensi moral dan
religius (dalam http://djangkrigdjoloendo.blogspot.com).
1.
Potensi Fisik
Kondisi kesehatan fisik dan
keberfungsian anggota tubuh diperoleh melalui pemeriksaan medis yang dilakukan
oleh tenaga medis dan observasi perilaku dalam mengikuti aktivitas
pembelajaran oleh guru.
2.
Potensi Intelektual.
Potensi intelektual terbagi lima kelompok, yaitu:
1. Prestasi Akademik.
2. Kecerdasan Umum
Kecerdasan umum meliputi:
a. Kemampuan menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan tepat.
b.
Memecahkan masalah;
c.
Menciptakan produk di lingkungan yang
kondusif dan alamiah;
d.
Kecenderungan untuk menetapkan dan
mempertahankan tujuan tertentu; dan
e.
Kemampuan mengkritik diri sendiri.
3. Kemampuan
Khusus / Bakat
Kemampuan khusus atau bakat meliputi:
a. Kemampuan verbal-kebahasaan
b. Kemampuan logis-matematis
c. Kemampuan seni
d. Kemampuan tilikan ruang
e. Kemampuan badaniah-kinestetik
f. Kemampuan musik
g. Kemampuan antarpibadi
h. Kemampuan kealaman
4. Kreativitas
Kreativitas meliputi :
a.
Memiliki dorongan ingin tahu yang besar
b.
Sering mengajukan pertanyaan
c.
Memiliki banyak gagasan
d.
Bebas dalam menyatakan pendapat
e.
Memiliki rasa keindahan
f.
Menonjol dalam salah satu bidang seni
g.
Memiliki pendapat sendiri dan mampu
mengungkapkannya
h.
Memiliki rasa humor tinggi
i.
Daya imajinasi yang kuat
j.
Orisinalitas
k.
Dapat bekerja sendiri
l.
Senang mencoba hal-hal baru
m.
Mampu mengembangkan dan memerinci
gagasan
5. Kepribadian
Kepribadian
meliputi:
a.
Kemampuan mengelola emosi,
b.
Kemampuan mengembangkan dan menjaga
motivasi belajar / berprestasi,
c.
Kepemimpinan,
d.
Kemampuan menyesuaikan diri,
e.
Kemampuan berinteraksi dan
berkomunikasi,
f.
Responsibilitas,
g.
Orientasi nilai, moral dan religi,
h.
Kecenderungan kebutuhan,
i.
Sikap,
j.
Kebiasaan, dan sebagainya.
Dr.
Sumardi, M.Sc. dalam bukunya Password
Menuju Sukses yang dikutip dari http://mgmpbindobogor.wordpress.com/2008/11/19/
ada tiga belas jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa, logika,
visual-ruang, raga, musik, sosial (interpersonal), pribadi (intrapersonal),
masak (kuliner), alam (natural), emosi, spiritual, keuletan, dan keuangan.
Sembilan kecerdasan pertama dikemukakan pertama kali pada tahun 1983 oleh
Howard Gardner, seorang psikolog Amerika Serikat dan diberi label multiple intelligences atau
kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan
keuletan dimunculkan oleh Paul G. Stoltz dan kecerdasan keuangan digagas oleh
Robert T. Kiyosaki.
Dengan mengetahui ada
begitu banyaknya potensi yang perlu dikembangkan pada diri siswa/mahasiswa,
maka guru perlu mencari dan memilih cara untuk mengembangkan dan mengoptimalkan
seluruh potensi tersebut melalui
kegiatan belajar yang dijalani siswa dan mencapai tujuan pembelajaran yang
dicita-citakan.
B. Pentingnya Pembelajaran
dengan Mengoptimalkan Potensi
Proses belajar
yang dilalui seseorang secara umum bertujuan untuk perubahan perilaku agar
lebih baik dan berkembang. Pelaksanaan proses belajar itu sendiri
sebenarnya melibatkan seluruh potensi seseorang. Aspek pribadi yaitu kognisi,
afeksi dan perilaku, masing-masing memberi kontribusi untuk tercapainya tujuan
belajar yang diinginkan. Proses belajar yang dialami siswa/mahasiswa tidak
hanya sebatas transfer ilmu dari guru/dosen (teaching oriented learning),
tetapi yang lebih penting adalah bagaimana siswa dapat memaknai proses
belajarnya, siswa dapat menggali dan mengotimalkan seluruh potensi yang ia
miliki untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan.
Mengingat
begitu pentingnya mengembangkan potensi siswa/mahasiswa maka guru/dosen perlu
mencari strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat memfasilitasi dan
mengembangkan seluruh potensi dengan maksimal, karena potensi yang dimiliki
siswa tidak hanya sebatas kemampuan/intelegence, tetapi ada potensi lain
seperti bakat, kreativitas, motivasi dan
aspek kepribadian yang lain yang perlu dikembangkan melalui proses belajar yang
dialami siswa. Artinya proses pembelajaran harus berorientasi tentang bagaimana
cara mengaktifkan siswa semaksimal mungkin, dan memperlakukan mereka sebagai
seseorang yang memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan, serta
memberikan kesempatan secara optimal untuk merealisasikan dan
mengaktualisasikan dirinya sendiri sesuai tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
Salah satu
strategi yang dapat digunakan guru/dosen untuk mengembangkan potensi siswa/mahasiswa
adalah dengan pembelajaran aktif (active
learning). Dalam pembelajaran aktif Guru/dosen juga harus dapat
memfasilitasi proses belajar yang dialami siswa untuk mengembangkan potensinya.
Melalui Pembelajaran Aktif (Active Learning) siswa diarahkan untuk menemukan sendiri,
memecahkan persoalan sendiri dan mengembangkan makna materi pelajaran dengan
realitas kehidupannya. Dengan demikian, siswa terus mengasah kecerdasan logika
saat merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan bahasa saat menyampaikan
secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat harus beradu
argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran
kepada yang lain, dan seterusnya.
Dalam
menerapkan pembelajaran aktif yang dapat mengoptimalkan potensi siswa, maka ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebagaimana yang di jelaskan Prof. Drs. H. Burhanuddin Salam, MM, bahwa ada
beberapa faktor penunjang efisiensi belajar, yaitu:
1. Kesiapan (readiness) , adanya kesiapan untuk
belajar, baik secara fisik, mental harapan,
skil, dan latar belakang
2. Minat dan konsentrasi, adanya minat yaitu perhatian
khusus dan konsentrasi yaitu pemusatan
perhatian pada materi pelajaran dan proses pembelajaran yang dialami
siswa/mahasiswa.
3. Keteraturan akan waktu dengan disiplin, dengan adanya
disiplin waktu, maka ini akan membina sikap mental yang baik pada diri siswa
untuk memaknai proses belajarnya.
Dengan
adanya faktor penunjang efisiensi belajar tersebut, diharapkan siswa dapat
menjalani proses pembelajaran aktifnya dengan lebih baik. Ada bebera langkah
yang dapat dilakukan guru/dosesn untuk membuat siswa aktif semenjak dini, yaitu
dengan membuat :
- Team building (pembentukan tim), yaitu membantu siswa-siswa menjadi lebih terbiasa satu sama lain atau menciptakan suatu semangat “kerja sama” dan “saling ketergantungan”.
- On-The-Spot assessment (penilaian di tempat), yaitu : guru mempelajari tentang perilaku-perilaku siswa-siswa, pengetahuan, dan pengalaman siswa.
- Immediate learning involvement (keterlibatan belajar seketika), yaitu ; guru menciptakan atau memotivasi minat awal dalam pokok bahasan.
Selain itu ada beberapa langkah yang dapat dilakukan
guru/dosen untuk membantu siswa
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku secara aktif dan mendorong siswa untuk berpikir, merasakan, dan
menerapkan, yaitu :
- Full-class learning (belajar sepenuhnya di dalam kelas); petunjuk dari pengajar yang merangsang seluruh kelas.
- Class discussion (diskusi kelas);dialog dan debat mengenai pokok-pokok bahasan utama.
- Question prompting (cepatnya pertanyaan); siswa meminta klarifikasi/penjelasan.
- Collaborative learning (belajar dengan bekerja sama); tugas-tugas dikerjakan dengan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil siswa.
- Peer teaching (belajar dengan sebaya), petunjuk diberikan oleh siswa.
- Independent learning (belajar mandiri), aktivitas-aktivitas belajar dilakukan secara invidual.
- Affective learning (belajar afektif), aktivitas-aktivitas yang membantu siswa untuk menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku-perilaku mereka.
- Skill development (pengembangan keterampilan), mempelajari dan mempraktikan keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.(Ujair Sanaky AH dalam http://ccpbelajar.blogspot.com/2012/08/ ).
C. Strategi dan Model pembelajaran Aktif yang Dapat
Mengoptimalkan Potensi Siswa/mahasiswa
Untuk dapat mengotimalkan potensi siswa dalam pembelajaran, maka
guru/dosen bisa menggunakan banyak cara untuk mewujudkan pembelajaran yang
mengoptimalkan potensi siswa. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Contextual
Teaching Learning
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa, yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa
dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran
CTL
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni:
a.
Konstruktivisme,
b.
Bertanya (questioning),
c.
Menemukan (Inquiry),
d.
Masyarakat belajar (learning komunity),
e.
Pemodelan (modeling), dan
f.
Penilaian sebenarnya (autentic
assement).
Landasan filosofi Contextual Teaching Learning adalah
kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta
atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan.
Menurut
Zahorik dalam http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kontekstual-ctl.html
ada lima elemen yang harus
diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu:
- Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)
- Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
- Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
- Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
- Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut
Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan
Tradisional
No
|
PENDEKATAN
CTL
|
PENDEKATAN
TRADISIONAL
|
1
|
Siswa
secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
|
Siswa adalah penerima informasi secara pasif
|
2
|
Siswa belajar
dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.
|
Siswa
belajar secara individual
|
3
|
Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau yang disimulasikan
|
Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis
|
4
|
Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri
|
Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan
|
5
|
Keterampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman
|
Keterampilan
dikembangkan atas dasar latihan
|
6
|
Hadiah
untuk perilaku baik adalah kepuasan diri
|
Hadiah
untuk perilaku baik adalah pujian (angka) rapor
|
7
|
Seseorang
tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan
|
Seseorang
tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
|
8
|
Bahasa
diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan
bahasa dalam konteks nyata
|
Bahasa
diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham
kemudian dilatihkan
|
9
|
Pemahaman
siswa dikembangkan atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa
|
Pemahaman
ada di luar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal
|
10
|
Siswa
menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat dalam mengupayakan
terjadinnya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas
terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman
masing-masing dalam proses pembelajaran
|
Siswa
secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca, mendengarkan,
mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses
pembelajaran
|
11
|
Pengetahuan
yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia
diciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami
pengalamannya
|
Pengetahuan
adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada
di luar diri manusia
|
12
|
Karena
ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia
selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu selalu
berkembang.
|
Bersifat
absolut dan bersifat final
|
13
|
Siswa
diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka
masing-masing
|
Guru adalah
penentu jalannya proses pembelajaran
|
14
|
Penghargaan
terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
|
Pembelajaran
tidak memperhatikan pengalaman siswa
|
15
|
Hasil
belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya,
penampilan, rekaman, tes, dll.
|
Hasil
belajar hanya diukur dengan hasil tes
|
16
|
Pembelajaran
terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
|
Pembelajaran
hanya terjadi dalam kelas
|
17
|
Penyesalan
adalah hukuman dari perilaku jelek
|
Sanksi adalah
hukuman dari perilaku jelek
|
18
|
Perilaku
baik berdasar motivasi intrinsic
|
Perilaku baik
berdasar motivasi ekstrinsik
|
19
|
Berbasis
pada siswa
|
Berbasis
pada guru
|
20
|
Seseorang
berperilaku baik karena ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
|
Seseorang
berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan
hadiah yang menyenagkan
|
2.
Pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran
berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Ada 3 ciri utama strategi
pembelajaran berbasis masalah ini yaitu:
- Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Maksudnya pembelajaran ini tidak hanya sekedar mengharapkan siswa mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
- Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi ini menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
- Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Selain
itu, sebagai salah satu strategi yang dapat mengoptimalkan potensi siswa
melalui belajar aktif, strategi ini juga memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan. Beberapa keunggulan strategi ini, yaitu:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik
yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru
bagi siswa.
3.
Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa.
4.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
6.
Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan
disukai siswa.
7.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
8.
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus menerus belajar.
Stategi pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan
kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Guru bertugas membimbing dan
memfasilitasi siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan
oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, adalah
siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai
fenomena yang ada. Adapun kelemahan Strategi ini adalah:
- Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
- Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
- Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
3.
Quantum learning
mulai
diujicobakan oleh Bobby DePorter, Eric Jensen dan Greg Simmons lewat program
yang diberi nama Super Camp. Quantum learning menerapkan tiga keterampilan
dasar yang sangat diperlukan dalam proses belajar. Tiga keterampilan dasar itu
meliputi keterampilan akademis, prestasi fisik dan keterampilan hidup (Rakhmat,
1997 dalam http://hidayah-ilayya.blogspot.com). strategi pembelajaran
yang diterapkan quantum learning menekankan partisipasi aktif siswa untuk
menenukan makna dan menciptakan kaitan materi dengan kehidupan sehari-hari.
4.
Pembelajaran Kooperatif /Cooperatif learning
Pada beberapa model pembelajaran
kooperatif juga menjadi salah satu alternatif cara belajar aktif siswa untuk
mengembangkan potensi siswa. Belajar kooperatif adalah suatu keberhasilan strategi
pengajaran di dalam kelompok kecil, dimana setiap siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda, menggunakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi untuk
memperbaiki pemahaman mereka terhadap subjek . masing-masing anggota kelompok
bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan , tetapi juga
membantu teman kelompok belajar, sehingga membuat suasana yang penuh prestasi.
Siswa bekerja melalui tugas/penugasan sampai semua anggota kelompok mengerti
dengan baik dan lengkap.Dalam beberapa model pembelajaran kooperatif, siswa
bekerja sama dalam kelompok kecil, tetapi tetap dengan tanggung jawab penuh
untuk mengembangkan potensinya, disamping berkontribusi untuk kelompoknya.
Dalam pembelajaran kooperatif yang perlu diperhatikan guru adalah, kesempatan
yang sama bagi siswa untuk mengembangkan potensi melalui tanggung jawab
belajarnya secara individu maupun kelompok, dan selalu membimbing dan
memfasilitasi siswa.
Dengan pembelajaran kooperatif siswa
diharapkan dapat mengembangkan berbagai potensi dalam dirinya, tidak saja
kemampuan, tapi juga potensi-potensi lain, bakat, kreativitas dan sebagainya.
Dengan kerjasama dalam kelompok, ini bisa mengembangkan kepribadian siswa,
kemampuan antar pribadi dan kreativitas siswa. Dengan pembelajaran kooperatif
ada banyak manfaat yang bisa didapatkan, yaitu:
- Meningkatkan belajar siswa dan prestasi akademik
- meningkatkan penyimpanan/ingatan siswa
- Mempertinggi kepuasaan belajar siswa dengan pengalaman belajar mereka
- Membantu siswa mengembangkan kemampuan dalam komunikasi lisan.
- Mengembangkan keahlian/ kemampuan sosial siswa
- Meningkatkan penghargaan diri siswa
- Membantu meningkatkan jalannya hubungan positif
Nurhadi dkk (2004) dalam http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/
perbedaan-pembelajaran-kooperatif.html mengemukakan sejumlah
perbedaan antara belajar tradisional (belajar kelompok biasa) dengan belajar
kooperatif sebagai berikut:
No
|
Kelompok Belajar
Kooperatif
|
Kelompok Belajar
Tradisional
|
1
|
Adanya saling
ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi
sehingga ada interaksi promotif.
|
Guru sering
membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri
pada kelompok.
|
2
|
Adanya akuntabilitas
individul yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok,
dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya
sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberikan bantuan.
|
Akuntabilitas
individual seringkali diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh
salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
enak-enak saja diatas keberhasilan temannya yang dianggap ‘pemborong’.
|
3
|
Kelompok belajar
heterogen baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan
sebagainya sehingga dapat saling menghargai satu sama lain.
|
Kelompok belajar
biasa biasanya homogen dan seringkali menganggap kelompok lain sebagai musuh
yang harus dikalahkan.
|
4
|
Pimpinan kelompok
dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok.
|
Pemimpin kelompok
sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya
dengan cara masing-masing.
|
5
|
Keterampilan sosial
yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung
diajarkan.
|
Keterampilan sosial
jarang diajarkan.
|
6
|
Pada saat belajar
kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui
observasi dan melakuakan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama
antar anggota kelompok.
|
Pemantauan melalui
observasi dan intervensi jarang dilakukan oleh guru pada saat belajar
kelompok berlangsung.
|
7
|
Guru memperhatikan
secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
|
Guru seringkali tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
|
8
|
Penekanan tidak
hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling menghargai).
|
Penekanan seringkali hanya pada penyelesaian tugas.
|
Dengan adanya berbagai strategi pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan potensi siswa/mahasiswa ini, dapat membantu guru/dosen untuk
memilih strategi mana yang cocok dengan materi pelajaran dan yang bisa
dilakukan dalam mewujudkan pembelajaran aktif di kelas. Dengan pembelajaran
aktif diharapkan proses pembelajaran bisa menjadi sesuatu yang bermakna dalam
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa dalam dirinya, sehingga
dengan mengotimalkan potensi siswa/mahasiswa tersebut, diharapkan dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan/dicitas-citakan.
tenk you prend..atas informasi nya
BalasHapus