Laman

Minggu, 12 Mei 2013

METODE-METODE SPESIALISASI TUGAS DAN MITOS BELAJAR KOOPERATIF



METODE-METODE SPESIALISASI TUGAS DAN
MITOS BELAJAR KOOPERATIF

            Spesialisasi tugas menyelesaikan masalah tanggung jawab individual dengan membuat tiap siswa memiliki tanggung jawab khusus  terhadap kontribusinya sendiri terhadap kelompok. Dasar pemikirannya adalah bahwa apabila setiap siswa bertanggung jawab atas sebagian dari keseluruhan tugas, maka masing-masing akan merasa bangga atas kontribusinya terhadap kelompok, sehingga tugas kelompok saling terkait satu sama lain. Dengan pemberian tugas berbeda akan menghilangkan pembandingan anggota kelompok.

A. Group Investigation
            Group investigation berawal dari zaman John Dewey yang kemudian terus diperbarui. Group investigation memiliki akar filosofis, etis psikologi penulisan sejak awal tahun ini. Menurut Dewey dalam Slavin : 214 kooperasi dalam kelas sebagai prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. Metode investigasi kooperatif hanya akan dilakukan dalam lingkungan pendidikan yang mendukung dialog interpersonal, dan memerhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif sesama anggota kelas akan mencapai hasil terbaik, jika dilakukan dalam kelompok kecil, sehingga pertukaran diantara teman dan sikap kooperatif bisa terus bertahan dan berkembang. Aspek rasa sosial, pertukaran intelektual dan maksud dari subjek yang saling terkait dapat menjadi sumber penting bagi siswa untuk belajar.


1. Menguasai Kemampuan Kelompok
Guru dan siswa melaksanakan kegiatan akademik dan non akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif. Group investigation cocok untuk proyek-proyek studi terintegrasi seperti penguasaan, analisis dan mensintesiskan informasi sebagai upaya menyelesaikan masalah yang bersifat multi aspek. Guru merancang topik, kemudian siswa membaginya dalam sub topik yang ini merupakan hasil perkembangan ketertarikan dan latar belakang siswa, juga merupakan pertukaran gagasan diantara siswa. Disini para siswa mencari informasi dari berbagai sumber, menawarkan gagasan, solusi berkaitan dengan masalah yang dipelajari  kemudian mengevaluasi dan mensintesiskan gagasan /kontribusi anggota kelompok untuk menghasilkan sebuah karya kelompok.
2. Perencanaan Kooperatif
Anggota kelompok merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Secara bersama menentukan apa yang ingin mereka investigasi sebagai upaya mereka untuk menyelesaikan masalah, sumber apa yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan dan bagaimana mereka menampilkan proyek yang telah diselesaikan ke hadapan kelas.
3. Peran Guru
Disini guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru harus bisa membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan para siswa. Guru membuat model darai berbagai kemampuan mendengarkan, membuat ungkapan, memberi reaksi yang tidak menghakimi, mendorong partisipasi, dll.
4. Implementasi
Dalam kelompok investigasi siswa bekerja dalam enam tahap, yaitu sebagai berikut:
Tahap 1 : Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok
a.       Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran.
b.      Siswa bergabung dengan kelompok untuk mempelajari topik yang telah dipilih.
c.       Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa, dan bersifat heterogen.
Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan dipelajari
a.       Siswa merencakan bersama: apa yang dipelajari, bagaimana mempelajarinya, siapa yang akan melakukannya (pembagian tugas), dan apa tujuannya menginvestigasi topik tersebut.
Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi
a.       Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
b.      Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha yang dilakukan kelompok.
c.       Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan.
Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir
a.       Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyeknya.
b.      Anggota kelompok merencakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana membuat presentasi mereka.
c.       Wakil-wakil kelompok membentuk panitia acara untuk meng koordinasikan rencana presentasi.
Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir
a.       Presentasi dibuat untuk seluruh kelas dengan berbagai bentuk
b.      Presentasi harus melibatkan pendengarnya secara aktif
c.       Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh seluruh anggota kelas.
Tahap 6 : Evaluasi
a.       siswa saling meberikan umpan balik mengenai topik, tugas yang dikerjakan, keefektifan pengalaman mereka.
b.      Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran
c.       Penilaian pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

B. CO-OP CO-OP
Co-Op Co-Op adalah sebuah bentuk group investigation yang menempatkan tim dalam kooperasi antara satu dengan yang lain untuk mempelajari sebuah topik di kelas. Co-op co-op memberikan kesempatan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia, saling berbagi pemahaman baru dengan teman sekelasnya.

9 langkah untuk mengaplikasikan model co-op co-op:
1. Diskusi Kelas terpusat pada siswa
Guru haruslah mendorong siswa menemukan dan mengeksperikan ketertarikan mereka terhadap subjek yang dicakupi, misalnya dengan kegiatan membaca, menyampaikan pelajaran atau pengalaman. Tujuannya untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan membuka rasa ingin tau mereka. Diskusi mengarah pada pemahaman diantara guru dan semua siswa mengenai apa yang ingin dipelajari dan dialami siswa sehubungan dengan topik.


2. Menyeleksi Tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim
Siswa bekerja dalam sebuah tim heteroogen yang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Siswa perlu memiliki kelompok kerja dengan kemampuan yang baik dan membangun kepercayaan sebelum memulai co-op co-op.
3. Seleksi Topik Tim
Siswa diberi kesempatan memilih topik untuk timnya. Guru mendorong siswa untuk mendiskusikan berbagai topik untuk memastikan topik yang paling banyak menarik perhatian anggota tim mereka. Setelah tim memilih topik, guru memfasilitasi kesatuan kelas dengan menunjukan bagaimana topik itu dapat berkontribusi penting pada tujuan kelas, yaitu menguasai unit pelajaran yang sedang dipelajari.
4. Pemilihan Topik Kecil
Tiap tim membagi topiknya untuk mebuat pembagian tugas diantara anggota tim. Tiap siswa memilih topik kecil yang mencakup satu aspek dari topik tim. Tiap topik kecil harus memberikan kontribusi yang unik bagi usaha tim. Karena perbedaan dalam kemampuan dan ketertarikan, maka merupakan sesuatu yang natural dan dapat diterima sebagian siswa untuk berkontribusi lebih besar dari yang lain untuk usaha yang dilakukan tim, tetapi semua anggota tim perlu memberikan kontribusi penting. Guru dapat menyelesaikan  masalah ini dengan:
a.       Membiarkan siswa mengevaluasi kontribusi dari teman satu timnya.
b.      Memberikan tugas / proyek individual pada siswa yang berkaitan dengan topik kecil mereka
c.       Memonitor kontribusi individual.
5. Persiapan Topik Kecil  
Setelah siswa membagi topik tim menjadi topik kecil, siswa akan bekerja individual. Persiapan topik kecil memiliki beberapa macam bentuk yang berbeda, tergantung sifat pelajaran yang akan dipelajari. Persiapannya misalnya dengan penelitian kepustakaan, pengumpulan data melalui wawancara/eksperimen, menciptakan proyek individual, atau kegiatan ekspresif seperti menulis, melukis, dll.
6. Presentasi Kelompok Kecil
Setelah siswa menyelesaikan kerja individual, mereka akan mempresentasikan topik keil mereka pada teman satu timnya. Presentasi ini bersifat formal, dimana tiap angggota tim diberikan waktu khusus dan berdiri ketika mempresentasikan topik kecilnya. Disini ada interaksi dengan sesama teman dalam mengerjakan topik yang sama menciptakan sebuah kesempatan munculnya sebagian inti pembelajaran yang paling penting. Selama presentasi kelompok kecil, pemberian tugas dalam tim bisa didorong ada anggota tim yang mencatat, mengkritik, memberi dukungan dan memeriksa poin-poin yang mencapai titik temu dan yyang tidak dari informasi yang dipresentasikan.
7. Persiapan Presentasi Tim
Siswa didorong untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi tim. Diskusi mengenai bentuk presentasi tim harus mengikuti sintesis materi topik kecil, dimana tiap anggota melaporkan topik kecil mereka.
8. Presentasi Tim
Selama presentasi, tim memegang kendali kelas. Semua anggota tim bertanggung jawab pada bagaimana waktu, ruang dan bahan yang digunakan selama presentasi. Karena tim mempunyai kesulitan mengelola waktu, guru biasanya harus menunjukan seorang pengatur waktu. Tim yang sukses akan dipandang sebagai model.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan :
a.       Pada saat presentasi tim dievaluasi oleh kelas.
b.      Kontribusi individual terhadap usaha tim dievaluasi oleh teman satu tim
c.       Pengulangan kembali materi atau presentasi topik kecil oleh tiap siswa  dievaluasi oleh sesama siswa.
Bentuk evaluasi formal bisa digunakan bagi anggota tim dan kontribusi tim.

C. JIGSAW II
            Jigsaw II merupakan pendekatan kooperatif yang dikembangkan Slavin, dkk. Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah berbentuk narasi tertulis. Metode ini cocok untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang lain yang tujuan pembelajarannnya lebih pada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan.
            Dalam Jigsaw II siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Siswa diberi tugas untuk membaca beberapa bab/unit, dan diberikan “ lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda, yang menjadi fokus masing –masing anggota tim saat mereka membaca.  Setelah itu siswa dari tim berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka. Para ahli kemudian kembali pada timnya, dan bergantian mengajari teman timnya mengenai topik mereka. Kemudian para siswa menerima penilaian seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim. Tim dengan nilai tertinggi berhak mendapatkan sertifikat. Kunci metode Jigsaw II adalah interdependensi: tiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.
Persiapan yang perlu dilakukan untuk menerapkan Jigsaw II:
1. Materi
Untuk materi jigsaw II, ada beberapa langkah, yaitu:
a.       Pilihlah satu atau dua bab cerita atau unit-unit lain, yang masing-masing mencakup materi untuk 2 atau 3 hari.
b.      Buatlah sebuah lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini yang akan mengatakan pada siswa dimana mereka perlu berkonsentrasi saat membaca, dan dengan kelompok ahli yang akan bekerja. Lembar ini berisi 4 topik yang menjadi inti dari unit pembelajaran.
c.       Buatlah kuis, tes berupa esai, atau bentuk penilaian lain untuk tiap unit. Kuis tersebut paling sedikit 8 pertanyaan, 2 untuk tiap topik, atau beberapa soal yang jumlahnya kelipatan 4, supaya ada jumlah soal yang seimbang untuk tiap topik. Semua siswa harus menjawab pertanyaan. Selain kuis, guru juga bisa memberi kesempatan tim untuk memperlihatkan apa yang telah mereka pelajari, misalnya dengan laporan lisan, tertulis atau proyek kerajinan tangan individual.
d.      Gunakan skema diskusi (sebagai opsi). Skema diskusi tiap topik dapat membantu mengarahkan diskusi dalam kelompok-kelompok ahli. Skema ini memperlihatkan daftar poin-poin yang harus dipertimbangkan siswa dalam diskusi topik mereka.
2. Membagi siswa dalam Tim
            Siswa dibagi dalam tim yang heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 orang.
3. Membagi siswa dalam kelompok ahli
Guru membagi siswa ke dalam kelompok ahli hanya dnegan membagi peran secara acak dalam tiap tim . atau guru juga dapat memutuskan siswa mana yang akan masuk kelompok ahli yang mana, untuk memastikan bahwa dalam tiap kelompok terdapat siswa berprestasi tinggi, sedang dan rendah.

4. Penentuan Skor awal Pertama
            Berikan skor awal pertama siswa. Gunakan lembar skor kuis untuk mencatat skor tersebut.
Jadwal Kegiatan Jigsaw II
Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan pengajaran:
1.      Membaca, siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi.
2.      diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli.
3.      laporan tim , para ahli kembali ke dalam kelompok  mereka untuk mengajari topik mereka pada teman satu timnya.
4.      Tes, para siswa mengerjaka kuis-kuis individual yang ,mencakup semua topik.
5.      rekognisi Tim , skor tim dihitung seperti dalam STAD.
5. Rekognisi Tim
Perhitungan skor Jigsaw II sama dengan perhitungan STAD, termasuk untuk skor awalnya, poin-poin kemajuan dan prosedur penghitungan skor. Tim yang sukses akan diberikan sertifikat.

Menurut Shlomo  Sharan (2009) Ada 4 tahap dasar proses pembelajaran Jigsaw :
1.      Pendahuluan:
a.       Guru menyusun kelas menjadi kelompok “inti” heterogen
b.      Memberi tema, teks, informasi/materi
2.      Eksplorasi: siswa di kelompok kembali untuk membentuk kelompok fokus.
3.      Melaporkan dan menyusun ulang: siswa kembali ke kelompok inti untuk mengambil giliran menjelaskan gagasan yang dihasilkan dalam kelompok fokus.
4.      Integrasi dan Evaluasi: Guru merancang aktivitas individu, kelompok kecil/seluruh kelas yang bisa secara aktif menyatukan hasil belajar para siswa.

D. JIGSAW ORISINIL
Jigsaw Orisinil, adalah metode Jigsaw pertama yang dikembangkan oleh Anderson(1978). Dalam jigsaw orinisil, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini berguna untuk membantu para ahli menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya.
            Bagian yang sulit dari Jigsaw Orisinil ini adalah bahwa tiap bagian harus ditulis supaya dengan sendirinya dapat dipahami. Mempersiapkan unit Jigsaw Orisinil melibatkan penulisan kembali materi untuk menyesuaikan nya dengan format Jigsaw.  Guru yang ingin memanfaatkan fitur-fitur tertentu dari Jigsaw orisinil dapat mewujudkannya dengan menggunakan Jigsaw II dengan modifikasi sbb:
1.      Tulis unit-unit yang menampilkan informasi unik mengenai subjek, buatlah supaya tetap masuk akal.
2.      bagilah siswa dalam tim dengan anggota 5 sampai 6 orang dan buat 5 topik untuk tiap unit.
3.      tunjuklah satu orang pemimpin tim, dan tekankan latihan pembentukan tim sebelum dan selama menggunakan teknik tersebut.
4.      Seringlah menggunakan kuis-kuis dan jangan gunakan skor tim, skor kemajuan, hanya berikan nilai individual pada siswa.

Cara Lain menggunakan Jigsaw:
  1. Guru menyuruh siswa mencari serangkaian materi-materi kepustakaan atau kelas untuk mendapatkan informasi tersebut.
  2. Setelah para ahli menyampaikan laporan, minta siswa menuliskan esai atau memberikan laporan lisan, daripada memberikan kuis.
  3. Guru juga bisa memberikan tiap topik yang unikm untuk dipelajari bersama dan memberikan anggita tim sebuah sub topik. Tim dapat menyiapkan dan membuat presentasi lisan ke hadapaan kelas.
Perbedaan Jigsaw I (Jigsaw Orisinil) dengan Jigsaw II:
Pada Jigsaw tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya.
Sedangakan pada Jigsaw tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi Expert. Hal ini untuk mempeoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. ( http://irvanzaky.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-jigsaw.html)
Adapun perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II menurut Slavin ( 2009:245) yaitu:


Jigsaw I
Jigsaw II
§  Dikembangkan oleh Anderson, dkk (1978)
§  Waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama /sedikit
§  Bacaannya singkat , hanya satu bagian dari seluruh unit
§  Tiap bagian harus ditulis agar mudah dipahami
§  Materi yang ada tidak dapat digunakan.

§ Dikembangkan oleh Slavin, dkk (1985)
§ Semua siswa, membaca semua materi, sehingga konsep yang telah disatukan mudah dipahami.
§ Bacaan nya panjang
§ Membutuhkan waktu agak lama, cakupan materinya untuk dua atau tiga hari
Perbedaan Jigsaw I dengan Jigsaw II menurut Sharan (2009):
Jigsaw II Meminta siswa untuk melihat ulang materi narasi melalui lensa pandang yang berbeda untuk memperdalam pemahaman konseptual atas tema –tema penting, kerangka kerja atau gagasan utamanya.
E. COMPLEX INSTRUCTION (PENGAJARAN KOMPLEKS)
            Complex instruction merupakan metode kooperatif yang didasarkan pada mencari keterangan dan investigasi (Cohen, 1986 dalam Slavin). Bentuk yang paling banyak digunakan adalah Finding Out/ Descubrimiento, sebuah program berorientasi pada penemuan untuk pelajaran ilmiah di sekolah dasar yang dikembangkan oleh Edward De Avilla dan Elizabet Cohen. Metode ini menggunakan kelas dwi bahasa khusus, melibatkan siswa dalam kelompok kecil, diberikan kegiatan ilmiah yang diarahkan pada penemuan prinsi-prinsip ilmu pengetahuan ilmiah. Siswa dapat bekerja sama mengerjakan eksperimen untuk menemukan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan ilmiah. Para siswa dalam Finding Out mengaplikasikan kemampuan matematika dalam situasi kehidupan nyata dan terlibat dalam diskusi yang terfokus, yang dapat membantu mengembangkan kemampuan bahasa inggris.





F. MITOS TENTANG BELAJAR KOOPERATIF
Ada beberapa mitos tentang belajar kooperatif baik dari segi sekolah maupun pengajaran, diantaranya yaitu:
1.      Pembelajaran kooperatif menekankan sekolah untuk berkompetensi, menurut mitos siswa berkompetensi secara penrorangan  sehingga diantara siswa terjadi persaingan yang tidak sehat dengan mengakibatkan proses pembelajaran tidak efektif.
2.      Kelompok belajar kooperatif hanya didominasi oleh siswa berkemampuan tinggi menurut mkitos ini, karena pembelajaran kooperatif hanya dikuasai oleh siswa yang berkemmapuan tinggi, sehingga siswa yang berkemampuan rendah sulit untuk berhasil dan akan semakin tertinggal, namun dari sisi lain kebanyakan para pendidik memandang bahwa siswa yang berkemampuan rendah dan menengah memiliki banyak keuntungan ketika bekerja sama dalam kelompok belajar kooperatif, hal tersebut diperoleh dari rekan-rekan kelompok yang berkemampuan tinggi, baik dari segi pemerolehan motivasi maupun prestasi.
3.      Setiap anggota kelompok belajar kooperatif harus melakukan tugas yang sama dan dalam waktu yang berasamaan prosedur pembelajaran kooperatif tidak dimungkinkan bagi siswa yang cacat karena mereka tidak dapat melakukan tugas pada tingkat yang sama dan kecepatan yang sama.
4.      Dalam tingkat kelompok yang sama, antar anggota kelompok tidak adil, siswa bekerjasama pada permasalahan yang sama untuk menghasilkan karya secara individu bukan menurut kelompok. Ada beberapa penyelidikan yang dilakukan tentang keadilan menurut pandangan siswa , yaitu :
a.       Siswa yang kalah dalam situasi belajar kooperatif, merasa sistem penilaian tidak adil, yang mengakibatkan tidak menyukai kelas  dan juga gurunya (Jonhson and Jonhson, 1975)
b.      Sebelum tugas dikerjakan, siswa umumnya menganggap suatu sistem penilaian yang kompetitif sebagai yang paling adil, tapi setelah tugas selesai, setelah semua anggota kelompok menerima nilai yang sama / hadiah dipandang sebagai yang teradil (Deutsch, 1979)
c.       Siswa lebih sering mengalami pengalaman jangka panjang dalam pembelajaran kooperatif dan belajar kooperatif banyak digunakan di kelas mereka, maka siswa lebih percaya bahwa setiap orang yang mencoba meperoleh kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan dalam kelas, siswa tersebut juga akan mendapat nilai yang layak dan tingkat sistem penilaian yang adil (Jonhson and Jonhson, 1983)
d.      Siswa yang telah mengalami/berpengalaman dalam belajara kooperatif lebih mengutamakan kelompok dari pada individu ( Wheelwr and Ryan , 1973)
e.       Prestasi nilai kelompok lebih tinggi jika, dibandingkan dengan nilai individu/diberikan (Jonhson and Jonhson, 1975)
5.      Belajar kooperatif merupakan suatu hal yang mudah. Pembelajaran kooperatif membantu meningkatkan kualitas di lingkungan kelas, prestasi siswa, kemampuan berfikir kritis dan kesejahteraan siswa jangka panjang dan keberhasilan tetapi tidak mudah mengimplikaiskannya. Konsep belajar kooperatif itu simpel, akan tetapi ketika diaplikasikan ke dalam kelas dibutuhkan proses yang kompleks.
6.      Sekolah dapat mengubah dalam jangka waktu semalam mode yang datang dan pergi dengan cepat, tetapi mengubah ruang kelas menjadi tempat dimana siswa peduli satu sama lain dalam belajar dan bekerjasama membutuhkan waktu.


DAFTAR PUSTAKA


Sharan, Shlomo. (2009). Handbook of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk memicu Keberhasilan Siswa di Kelas . Yogyakarta : Imperium.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media

Jonhson, dkk. 1984. Circles Of Learning, Cooperation In the Clasroom. English Department, The Univesity of Texa at Austin.

http://irvanzaky.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-jigsaw.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar