METODE-METODE
SPESIALISASI TUGAS DAN
MITOS
BELAJAR KOOPERATIF
Spesialisasi
tugas menyelesaikan masalah tanggung jawab individual dengan membuat tiap siswa
memiliki tanggung jawab khusus terhadap
kontribusinya sendiri terhadap kelompok. Dasar pemikirannya adalah bahwa
apabila setiap siswa bertanggung jawab atas sebagian dari keseluruhan tugas,
maka masing-masing akan merasa bangga atas kontribusinya terhadap kelompok,
sehingga tugas kelompok saling terkait satu sama lain. Dengan pemberian tugas
berbeda akan menghilangkan pembandingan anggota kelompok.
A. Group Investigation
Group
investigation berawal dari zaman John Dewey yang kemudian terus diperbarui.
Group investigation memiliki akar filosofis, etis psikologi penulisan sejak
awal tahun ini. Menurut Dewey dalam Slavin : 214 kooperasi dalam kelas sebagai
prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam
masyarakat demokrasi. Metode investigasi kooperatif hanya akan dilakukan dalam
lingkungan pendidikan yang mendukung dialog interpersonal, dan memerhatikan
dimensi rasa sosial dari pembelajaran di kelas. Komunikasi dan interaksi
kooperatif sesama anggota kelas akan mencapai hasil terbaik, jika dilakukan
dalam kelompok kecil, sehingga pertukaran diantara teman dan sikap kooperatif
bisa terus bertahan dan berkembang. Aspek rasa sosial, pertukaran intelektual
dan maksud dari subjek yang saling terkait dapat menjadi sumber penting bagi
siswa untuk belajar.
1.
Menguasai Kemampuan Kelompok
Guru dan siswa
melaksanakan kegiatan akademik dan non akademik yang dapat membangun
norma-norma perilaku kooperatif. Group investigation cocok untuk proyek-proyek
studi terintegrasi seperti penguasaan, analisis dan mensintesiskan informasi
sebagai upaya menyelesaikan masalah yang bersifat multi aspek. Guru merancang
topik, kemudian siswa membaginya dalam sub topik yang ini merupakan hasil
perkembangan ketertarikan dan latar belakang siswa, juga merupakan pertukaran
gagasan diantara siswa. Disini para siswa mencari informasi dari berbagai
sumber, menawarkan gagasan, solusi berkaitan dengan masalah yang dipelajari kemudian mengevaluasi dan mensintesiskan
gagasan /kontribusi anggota kelompok untuk menghasilkan sebuah karya kelompok.
2.
Perencanaan Kooperatif
Anggota kelompok
merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Secara bersama
menentukan apa yang ingin mereka investigasi sebagai upaya mereka untuk
menyelesaikan masalah, sumber apa yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan
dan bagaimana mereka menampilkan proyek yang telah diselesaikan ke hadapan
kelas.
3. Peran
Guru
Disini guru
bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru harus bisa membuat model
kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan para siswa. Guru membuat model
darai berbagai kemampuan mendengarkan, membuat ungkapan, memberi reaksi yang
tidak menghakimi, mendorong partisipasi, dll.
4.
Implementasi
Dalam kelompok
investigasi siswa bekerja dalam enam tahap, yaitu sebagai berikut:
Tahap 1 :
Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok
a. Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan
sejumlah topik, dan mengkategorikan saran.
b. Siswa bergabung dengan kelompok untuk mempelajari
topik yang telah dipilih.
c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan
siswa, dan bersifat heterogen.
Tahap 2:
Merencanakan Tugas yang akan dipelajari
a. Siswa merencakan bersama: apa yang dipelajari,
bagaimana mempelajarinya, siapa yang akan melakukannya (pembagian tugas), dan
apa tujuannya menginvestigasi topik tersebut.
Tahap 3 :
Melaksanakan Investigasi
a. Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data,
dan membuat kesimpulan.
b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha
yang dilakukan kelompok.
c. Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi
dan mensintesis semua gagasan.
Tahap 4: Menyiapkan
Laporan Akhir
a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial
dari proyeknya.
b. Anggota kelompok merencakan apa yang akan mereka
laporkan, dan bagaimana membuat presentasi mereka.
c. Wakil-wakil kelompok membentuk panitia acara untuk
meng koordinasikan rencana presentasi.
Tahap 5 : Mempresentasikan
Laporan Akhir
a. Presentasi dibuat untuk seluruh kelas dengan
berbagai bentuk
b. Presentasi harus melibatkan pendengarnya secara
aktif
c. Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan
penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh seluruh
anggota kelas.
Tahap 6 : Evaluasi
a. siswa saling meberikan umpan balik mengenai topik,
tugas yang dikerjakan, keefektifan pengalaman mereka.
b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi
pembelajaran
c. Penilaian pembelajaran harus mengevaluasi
pemikiran paling tinggi.
B. CO-OP CO-OP
Co-Op Co-Op adalah sebuah bentuk group
investigation yang menempatkan tim dalam kooperasi antara satu dengan yang lain
untuk mempelajari sebuah topik di kelas. Co-op co-op memberikan kesempatan
siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang diri mereka dan dunia, saling berbagi pemahaman baru dengan
teman sekelasnya.
9
langkah untuk mengaplikasikan model co-op co-op:
1.
Diskusi Kelas terpusat pada siswa
Guru haruslah
mendorong siswa menemukan dan mengeksperikan ketertarikan mereka terhadap
subjek yang dicakupi, misalnya dengan kegiatan membaca, menyampaikan pelajaran
atau pengalaman. Tujuannya untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran dengan membuka rasa ingin tau mereka. Diskusi mengarah pada
pemahaman diantara guru dan semua siswa mengenai apa yang ingin dipelajari dan
dialami siswa sehubungan dengan topik.
2. Menyeleksi Tim pembelajaran siswa dan
pembentukan tim
Siswa bekerja dalam
sebuah tim heteroogen yang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Siswa perlu memiliki
kelompok kerja dengan kemampuan yang baik dan membangun kepercayaan sebelum
memulai co-op co-op.
3.
Seleksi Topik Tim
Siswa diberi
kesempatan memilih topik untuk timnya. Guru mendorong siswa untuk mendiskusikan
berbagai topik untuk memastikan topik yang paling banyak menarik perhatian
anggota tim mereka. Setelah tim memilih topik, guru memfasilitasi kesatuan
kelas dengan menunjukan bagaimana topik itu dapat berkontribusi penting pada
tujuan kelas, yaitu menguasai unit pelajaran yang sedang dipelajari.
4.
Pemilihan Topik Kecil
Tiap tim membagi
topiknya untuk mebuat pembagian tugas diantara anggota tim. Tiap siswa memilih
topik kecil yang mencakup satu aspek dari topik tim. Tiap topik kecil harus
memberikan kontribusi yang unik bagi usaha tim. Karena perbedaan dalam
kemampuan dan ketertarikan, maka merupakan sesuatu yang natural dan dapat
diterima sebagian siswa untuk berkontribusi lebih besar dari yang lain untuk
usaha yang dilakukan tim, tetapi semua anggota tim perlu memberikan kontribusi
penting. Guru dapat menyelesaikan
masalah ini dengan:
a. Membiarkan siswa mengevaluasi kontribusi dari
teman satu timnya.
b. Memberikan tugas / proyek individual pada siswa
yang berkaitan dengan topik kecil mereka
c. Memonitor kontribusi individual.
5.
Persiapan Topik Kecil
Setelah siswa
membagi topik tim menjadi topik kecil, siswa akan bekerja individual. Persiapan
topik kecil memiliki beberapa macam bentuk yang berbeda, tergantung sifat
pelajaran yang akan dipelajari. Persiapannya misalnya dengan penelitian
kepustakaan, pengumpulan data melalui wawancara/eksperimen, menciptakan proyek
individual, atau kegiatan ekspresif seperti menulis, melukis, dll.
6.
Presentasi Kelompok Kecil
Setelah siswa
menyelesaikan kerja individual, mereka akan mempresentasikan topik keil mereka
pada teman satu timnya. Presentasi ini bersifat formal, dimana tiap angggota
tim diberikan waktu khusus dan berdiri ketika mempresentasikan topik kecilnya.
Disini ada interaksi dengan sesama teman dalam mengerjakan topik yang sama
menciptakan sebuah kesempatan munculnya sebagian inti pembelajaran yang paling
penting. Selama presentasi kelompok kecil, pemberian tugas dalam tim bisa
didorong ada anggota tim yang mencatat, mengkritik, memberi dukungan dan
memeriksa poin-poin yang mencapai titik temu dan yyang tidak dari informasi
yang dipresentasikan.
7.
Persiapan Presentasi Tim
Siswa didorong
untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi tim. Diskusi mengenai bentuk
presentasi tim harus mengikuti sintesis materi topik kecil, dimana tiap anggota
melaporkan topik kecil mereka.
8.
Presentasi Tim
Selama presentasi,
tim memegang kendali kelas. Semua anggota tim bertanggung jawab pada bagaimana
waktu, ruang dan bahan yang digunakan selama presentasi. Karena tim mempunyai
kesulitan mengelola waktu, guru biasanya harus menunjukan seorang pengatur
waktu. Tim yang sukses akan dipandang sebagai model.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan
pada tiga tingkatan :
a. Pada saat presentasi tim dievaluasi oleh kelas.
b. Kontribusi individual terhadap usaha tim
dievaluasi oleh teman satu tim
c. Pengulangan kembali materi atau presentasi topik
kecil oleh tiap siswa dievaluasi oleh
sesama siswa.
Bentuk evaluasi
formal bisa digunakan bagi anggota tim dan kontribusi tim.
C. JIGSAW II
Jigsaw
II merupakan pendekatan kooperatif yang dikembangkan Slavin, dkk. Jigsaw II
dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah berbentuk narasi
tertulis. Metode ini cocok untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial,
literatur, sebagian ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang lain yang tujuan
pembelajarannnya lebih pada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan.
Dalam
Jigsaw II siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Siswa diberi tugas untuk
membaca beberapa bab/unit, dan diberikan “ lembar ahli” yang terdiri atas
topik-topik yang berbeda, yang menjadi fokus masing –masing anggota tim saat
mereka membaca. Setelah itu siswa dari
tim berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli”
untuk mendiskusikan topik mereka. Para ahli kemudian kembali pada timnya, dan
bergantian mengajari teman timnya mengenai topik mereka. Kemudian para siswa
menerima penilaian seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim. Tim
dengan nilai tertinggi berhak mendapatkan sertifikat. Kunci metode Jigsaw II adalah
interdependensi: tiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk dapat
memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat
penilaian.
Persiapan
yang perlu dilakukan untuk menerapkan Jigsaw II:
1. Materi
Untuk materi
jigsaw II, ada beberapa langkah, yaitu:
a. Pilihlah satu atau dua bab cerita atau unit-unit
lain, yang masing-masing mencakup materi untuk 2 atau 3 hari.
b. Buatlah sebuah lembar ahli untuk tiap unit. Lembar
ini yang akan mengatakan pada siswa dimana mereka perlu berkonsentrasi saat
membaca, dan dengan kelompok ahli yang akan bekerja. Lembar ini berisi 4 topik
yang menjadi inti dari unit pembelajaran.
c. Buatlah kuis, tes berupa esai, atau bentuk
penilaian lain untuk tiap unit. Kuis tersebut paling sedikit 8 pertanyaan, 2 untuk
tiap topik, atau beberapa soal yang jumlahnya kelipatan 4, supaya ada jumlah
soal yang seimbang untuk tiap topik. Semua siswa harus menjawab pertanyaan.
Selain kuis, guru juga bisa memberi kesempatan tim untuk memperlihatkan apa
yang telah mereka pelajari, misalnya dengan laporan lisan, tertulis atau proyek
kerajinan tangan individual.
d. Gunakan skema diskusi (sebagai opsi). Skema
diskusi tiap topik dapat membantu mengarahkan diskusi dalam kelompok-kelompok
ahli. Skema ini memperlihatkan daftar poin-poin yang harus dipertimbangkan
siswa dalam diskusi topik mereka.
2.
Membagi siswa dalam Tim
Siswa
dibagi dalam tim yang heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 orang.
3.
Membagi siswa dalam kelompok ahli
Guru membagi siswa
ke dalam kelompok ahli hanya dnegan membagi peran secara acak dalam tiap tim .
atau guru juga dapat memutuskan siswa mana yang akan masuk kelompok ahli yang
mana, untuk memastikan bahwa dalam tiap kelompok terdapat siswa berprestasi
tinggi, sedang dan rendah.
4.
Penentuan Skor awal Pertama
Berikan
skor awal pertama siswa. Gunakan lembar skor kuis untuk mencatat skor tersebut.
Jadwal
Kegiatan Jigsaw II
Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari
kegiatan pengajaran:
1. Membaca, siswa menerima topik ahli dan membaca
materi yang diminta untuk menemukan informasi.
2. diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian
yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli.
3. laporan tim , para ahli kembali ke dalam
kelompok mereka untuk mengajari topik
mereka pada teman satu timnya.
4. Tes, para siswa mengerjaka kuis-kuis individual
yang ,mencakup semua topik.
5. rekognisi Tim , skor tim dihitung seperti dalam
STAD.
5.
Rekognisi Tim
Perhitungan skor
Jigsaw II sama dengan perhitungan STAD, termasuk untuk skor awalnya, poin-poin
kemajuan dan prosedur penghitungan skor. Tim yang sukses akan diberikan
sertifikat.
Menurut Shlomo
Sharan (2009) Ada 4 tahap dasar proses pembelajaran Jigsaw :
1. Pendahuluan:
a. Guru menyusun kelas menjadi kelompok “inti”
heterogen
b. Memberi tema, teks, informasi/materi
2. Eksplorasi: siswa di kelompok kembali untuk
membentuk kelompok fokus.
3. Melaporkan dan menyusun ulang: siswa kembali ke
kelompok inti untuk mengambil giliran menjelaskan gagasan yang dihasilkan dalam
kelompok fokus.
4. Integrasi dan Evaluasi: Guru merancang aktivitas
individu, kelompok kecil/seluruh kelas yang bisa secara aktif menyatukan hasil
belajar para siswa.
D. JIGSAW ORISINIL
Jigsaw Orisinil, adalah metode Jigsaw
pertama yang dikembangkan oleh Anderson(1978). Dalam jigsaw orinisil, para
siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu
timnya. Ini berguna untuk membantu para ahli menguasai informasi yang unik,
sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya.
Bagian
yang sulit dari Jigsaw Orisinil ini adalah bahwa tiap bagian harus ditulis
supaya dengan sendirinya dapat dipahami. Mempersiapkan unit Jigsaw Orisinil
melibatkan penulisan kembali materi untuk menyesuaikan nya dengan format
Jigsaw. Guru yang ingin memanfaatkan
fitur-fitur tertentu dari Jigsaw orisinil dapat mewujudkannya dengan
menggunakan Jigsaw II dengan modifikasi sbb:
1. Tulis unit-unit yang menampilkan informasi unik
mengenai subjek, buatlah supaya tetap masuk akal.
2. bagilah siswa dalam tim dengan anggota 5 sampai 6
orang dan buat 5 topik untuk tiap unit.
3. tunjuklah satu orang pemimpin tim, dan tekankan
latihan pembentukan tim sebelum dan selama menggunakan teknik tersebut.
4. Seringlah menggunakan kuis-kuis dan jangan gunakan
skor tim, skor kemajuan, hanya berikan nilai individual pada siswa.
Cara
Lain menggunakan Jigsaw:
- Guru menyuruh siswa mencari serangkaian materi-materi kepustakaan atau kelas untuk mendapatkan informasi tersebut.
- Setelah para ahli menyampaikan laporan, minta siswa menuliskan esai atau memberikan laporan lisan, daripada memberikan kuis.
- Guru juga bisa memberikan tiap topik yang unikm untuk dipelajari bersama dan memberikan anggita tim sebuah sub topik. Tim dapat menyiapkan dan membuat presentasi lisan ke hadapaan kelas.
Perbedaan Jigsaw I (Jigsaw Orisinil) dengan Jigsaw
II:
Pada Jigsaw tipe I, awalnya siswa
hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara
konsep-konsep lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya.
Sedangakan pada Jigsaw tipe II ini setiap siswa
memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia
belajar spesialisasinya untuk menjadi Expert. Hal ini untuk mempeoleh gambaran
menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. ( http://irvanzaky.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-jigsaw.html)
Adapun perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II menurut
Slavin ( 2009:245) yaitu:
Jigsaw
I
|
Jigsaw
II
|
§ Dikembangkan oleh Anderson, dkk (1978)
§ Waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama
/sedikit
§ Bacaannya singkat , hanya satu bagian dari
seluruh unit
§ Tiap bagian harus ditulis agar mudah dipahami
§ Materi yang ada tidak dapat digunakan.
|
§ Dikembangkan oleh Slavin, dkk (1985)
§ Semua siswa, membaca semua materi, sehingga
konsep yang telah disatukan mudah dipahami.
§ Bacaan nya panjang
§ Membutuhkan waktu agak lama, cakupan materinya
untuk dua atau tiga hari
|
Perbedaan
Jigsaw I dengan Jigsaw II menurut
Sharan (2009):
Jigsaw II Meminta siswa untuk melihat ulang materi
narasi melalui lensa pandang yang berbeda untuk memperdalam pemahaman konseptual
atas tema –tema penting, kerangka kerja atau gagasan utamanya.
E. COMPLEX INSTRUCTION (PENGAJARAN KOMPLEKS)
Complex
instruction merupakan metode kooperatif yang didasarkan pada mencari keterangan
dan investigasi (Cohen, 1986 dalam Slavin). Bentuk yang paling banyak digunakan
adalah Finding Out/ Descubrimiento, sebuah program berorientasi pada penemuan
untuk pelajaran ilmiah di sekolah dasar yang dikembangkan oleh Edward De Avilla
dan Elizabet Cohen. Metode ini menggunakan kelas dwi bahasa khusus, melibatkan
siswa dalam kelompok kecil, diberikan kegiatan ilmiah yang diarahkan pada
penemuan prinsi-prinsip ilmu pengetahuan ilmiah. Siswa dapat bekerja sama
mengerjakan eksperimen untuk menemukan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan ilmiah.
Para siswa dalam Finding Out mengaplikasikan kemampuan matematika dalam situasi
kehidupan nyata dan terlibat dalam diskusi yang terfokus, yang dapat membantu
mengembangkan kemampuan bahasa inggris.
F. MITOS TENTANG BELAJAR KOOPERATIF
Ada beberapa mitos tentang belajar kooperatif baik
dari segi sekolah maupun pengajaran, diantaranya yaitu:
1. Pembelajaran kooperatif menekankan sekolah untuk
berkompetensi, menurut mitos siswa berkompetensi secara penrorangan sehingga diantara siswa terjadi persaingan
yang tidak sehat dengan mengakibatkan proses pembelajaran tidak efektif.
2. Kelompok belajar kooperatif hanya didominasi oleh
siswa berkemampuan tinggi menurut mkitos ini, karena pembelajaran kooperatif
hanya dikuasai oleh siswa yang berkemmapuan tinggi, sehingga siswa yang
berkemampuan rendah sulit untuk berhasil dan akan semakin tertinggal, namun
dari sisi lain kebanyakan para pendidik memandang bahwa siswa yang berkemampuan
rendah dan menengah memiliki banyak keuntungan ketika bekerja sama dalam
kelompok belajar kooperatif, hal tersebut diperoleh dari rekan-rekan kelompok
yang berkemampuan tinggi, baik dari segi pemerolehan motivasi maupun prestasi.
3. Setiap anggota kelompok belajar kooperatif harus
melakukan tugas yang sama dan dalam waktu yang berasamaan prosedur pembelajaran
kooperatif tidak dimungkinkan bagi siswa yang cacat karena mereka tidak dapat
melakukan tugas pada tingkat yang sama dan kecepatan yang sama.
4. Dalam tingkat kelompok yang sama, antar anggota
kelompok tidak adil, siswa bekerjasama pada permasalahan yang sama untuk
menghasilkan karya secara individu bukan menurut kelompok. Ada beberapa
penyelidikan yang dilakukan tentang keadilan menurut pandangan siswa , yaitu :
a. Siswa yang kalah dalam situasi belajar kooperatif,
merasa sistem penilaian tidak adil, yang mengakibatkan tidak menyukai
kelas dan juga gurunya (Jonhson and
Jonhson, 1975)
b. Sebelum tugas dikerjakan, siswa umumnya menganggap
suatu sistem penilaian yang kompetitif sebagai yang paling adil, tapi setelah
tugas selesai, setelah semua anggota kelompok menerima nilai yang sama / hadiah
dipandang sebagai yang teradil (Deutsch, 1979)
c. Siswa lebih sering mengalami pengalaman jangka
panjang dalam pembelajaran kooperatif dan belajar kooperatif banyak digunakan
di kelas mereka, maka siswa lebih percaya bahwa setiap orang yang mencoba
meperoleh kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan dalam kelas, siswa
tersebut juga akan mendapat nilai yang layak dan tingkat sistem penilaian yang
adil (Jonhson and Jonhson, 1983)
d. Siswa yang telah mengalami/berpengalaman dalam
belajara kooperatif lebih mengutamakan kelompok dari pada individu ( Wheelwr
and Ryan , 1973)
e. Prestasi nilai kelompok lebih tinggi jika,
dibandingkan dengan nilai individu/diberikan (Jonhson and Jonhson, 1975)
5. Belajar kooperatif merupakan suatu hal yang mudah.
Pembelajaran kooperatif membantu meningkatkan kualitas di lingkungan kelas,
prestasi siswa, kemampuan berfikir kritis dan kesejahteraan siswa jangka
panjang dan keberhasilan tetapi tidak mudah mengimplikaiskannya. Konsep belajar
kooperatif itu simpel, akan tetapi ketika diaplikasikan ke dalam kelas
dibutuhkan proses yang kompleks.
6. Sekolah dapat mengubah dalam jangka waktu semalam
mode yang datang dan pergi dengan cepat, tetapi mengubah ruang kelas menjadi
tempat dimana siswa peduli satu sama lain dalam belajar dan bekerjasama
membutuhkan waktu.
DAFTAR
PUSTAKA
Sharan, Shlomo. (2009). Handbook
of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk memicu
Keberhasilan Siswa di Kelas . Yogyakarta : Imperium.
Slavin, Robert
E. (2008). Cooperative Learning teori,
Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media
Jonhson, dkk. 1984. Circles Of Learning, Cooperation
In the Clasroom. English Department, The Univesity of Texa at Austin.
http://irvanzaky.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-jigsaw.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar